KH. Iskak Sulistiya: Kurban Adalah Jalan Mendekatkan Diri kepada Allah dan Sesama

KLATEN — Ribuan jamaah memenuhi komplek Al Hakim Convention Hall dalam pelaksanaan Shalat Idul Adha 1446 H pada pagi ini. Dalam khutbahnya, Ketua PDM Klaten, KH. Iskak Sulistiya, menyampaikan pesan mendalam tentang makna kurban sebagai bentuk penghambaan total kepada Allah swt dan jalan mendekatkan diri kepada sesama manusia, khususnya mereka yang membutuhkan.
Mengawali khutbah, KH. Iskak mengajak jamaah untuk memperbanyak rasa syukur atas nikmat berkumpul dalam suasana Idul Adha. Beliau menegaskan bahwa semua yang terjadi—termasuk pelaksanaan ibadah haji dan kurban tidak lepas dari rahmat dan izin Allah swt. Kutipan dari QS. Ibrahim: 7 tentang pentingnya syukur menjadi dasar ajakan beliau untuk selalu menjaga kesadaran spiritual dalam beribadah.
Lebih lanjut, KH. Iskak menyoroti urgensi meningkatkan kualitas ibadah kurban dari sekadar tradisi tahunan menjadi amal sosial yang berdampak nyata bagi masyarakat. “Kurban bukan hanya soal pahala individu,” ujarnya, “tetapi cara umat Islam mengokohkan solidaritas sosial dan menyentuh kehidupan kaum dhuafa.” Dalam semangat itulah, beliau menyerukan kepada jamaah untuk meneladani ketulusan Nabi Ibrahim a.s. dan Rasulullah saw. dalam pelaksanaan kurban.
KH. Iskak juga mengkritik tajam fenomena “Islam Individual” yang hanya mementingkan ibadah ritual tanpa disertai kepedulian terhadap kondisi sosial di sekitarnya. Menurutnya, Islam yang benar adalah “Islam Sosial” sebagaimana yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw.—Islam yang membela kaum tertindas dan memberdayakan masyarakat miskin dengan semangat pengorbanan dan keikhlasan.
Mengakhiri khutbah, KH. Iskak mengingatkan bahwa esensi kurban adalah keberpihakan terhadap mereka yang lemah. Ia menegaskan bahwa sepanjang sejarah, yang benar-benar ikhlas berkurban adalah mereka yang seringkali menjadi korban. “Mari naikkan derajat kurban menjadi sarana membangun masyarakat yang lebih adil dan penuh kasih,” pungkasnya. Usai khutbah, jamaah diajak menengadahkan tangan, memohon kekuatan dan keberkahan dari Allah swt agar menjadi umat yang senantiasa bermanfaat bagi sesama. (we)



